1.
Sarana
Pembenihan
Sarana yang
diperlukan untuk pembenihan teripang terdiri dari beberapa buah bak sebagai
tempat penampungan induk pemeliharaan larva, kultur larva dan kultur plankton.
Bak-bak ini sebaiknya dibuat dengan beton, namun demikian dapat pula dibuat
dari kayu yang dilapisi plastik. Beberapa sarana lain yang diperlukan adalah
sebagai berikut:
1.
Saringan pasir
untuk menyaring air laut agar betul-betul bersih.
2.
Bak penampungan
air yang dilengakapi dengan saringan pasir. Ukuran bak disesuaikan dengan
kebutuhan air laut untuk penggantian air pada seluruh unit pembenihan.
Penempatan bak diatur supaya gravitasi bisa menyalurkan air dari satu bak ke
bak lainnya.
3.
Pipa penyalur
air yang dilengkapi dengan beberapa saringan berbagai ukuran 1,5 - 2 mikron.
4.
Bak penampungan
induk dengan kapasitas 1,5 ton air berjumlah 2 atau 3 buah dengan kedalaman
sekitar 50 cm.
5.
Bak pemliharaan
larva berjumlah 10 - 15 buah dengan ukuran (1 x 2 x 0,5)m³.
6.
Bak
pemeliharaan juvenil berjumlah 8 - 10 buah dengan ukuran (2 x 4 x 0,6)m³.
7.
Bak plankton
berjumlah 3 - 5 buah dengan ukuran ( 2 x 4 x 0,75)m³.
2.
Pemeliharaan
dan Seleksi Induk
Induk teripang
yang akan digunakan biasanya diperoleh dari tangkapan alam. Pengumpulan calon
induk teripang dari laut dapat dilakukan dengan penyelaman pada siang hari.
Apabila dilakukan pada malam hari, harus dibantu dengan alat penerang berupa
obor atau lampu patromak. Dengan cara ini, induk teripang dapat diambil
langsung dengan tangan. Pada perairan yang agak dalam, induk teripang dapat
diambil dari atas perahu dengan bantuan alat semacam tombak bermata dua yang
tumpul.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
induk teripang yang baik adalah:
1.
Tubuh tidak
cacat.
2.
Ukuran besar
dengan berat 400 gr dan panjang tubuh minimal 20 cm.
3.
Berkulit tebal.
Umumnya berat tubuh teripang berpengaruh langsung atau berkolerasi terhadap
berat gonad dan indeks kematangan gonad serta fekunditas. Pengangkutan induk
dari tempat pengumpulan dapat dilakukan dengan wadah, seperti ember plastik
yang berisi air laut atau langsung ditempatkan pada palka perahu. Untuk
pengumpulan/pengankutan calon induk pada siang hari sebaliknya wadah
penampungan atau palka ditutup rumput laut atau ilalang laut untuk
menghindarkan calon induk dari sinar matahari secara langsung. Pengangkutan
induk dari tempat pengumpulan dapat dilakukan dengan wadah, seperti ember
plastik yang berisi air laut atau langsung ditempatkan pada palka perahu. Induk
yang telah di seleksi dipelihara dalam kurungan tancap di laut atau di kolam
air laut atau langsung dipelihara di dalam bak induk dengan kepadatan 5 - 10
ekor/m 2 . Bak induk umumnya terbuat dari beton berbentuk empat persegi panjang
dan berkapasitas 1,5 - 2 ton air. Khusus untuk pemeliharaan di kolam air laut,
kedalaman diusahakan antara 75 - 100 cm, selain itu diusahakan selalu ada
penggantian air agar stabilitas suhu dan salinitas tetap terjaga. Persediaan
pakan juga harus terjamin dan perlu adanya pakan tambahan. Pakan alami teripang
dapat berupa plankton, detritus, sisa-sisa bahan organik atau sisa-sisa endapan
di dasar laut yang ada disekitar lingkungan kolam pemeliharaan. Pakan tambahan
berfungsi untuk menambah kesuburan perairan pada umumnya berupa campuran
kotoran hewan dan dedak halus dengan perbandingan 1 : 1. Pakan diberikan
sebanyak 0,2 - 0,5 kg/m 2 /2 minggu dengan cara ditempatkan dalam karung goni
yang berlubang-lubang sehingga keluar sedikit demi sedikit. Setiap satu kantong
goni biasanya dapat diisi 10 - 15 kg pakan tambahan yang dapat mencukupi luasan
30 - 50 kg pakan tambahan yang dapat mencukupi luasan 30 - 50 m 2 . Berikut ini
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan induk di bak pemijahan
adalah sebagai berikut:
1.
Kualitas air
tetap terjaga, bila perlu dilakukan penggantian air setengah atau sepertiga
dari volume, sehari dua kali, pagi dan sore.
2.
Kotoran yang
ada di dalam bak harus segera dibersihkan.
3.
Pakan tambahan
diberikan secukupnya
4.
Kebiasaan atau
kesukaan induk harus dipantau secara kontinu.
3.
Metoda
Pemijahan
Pemijahan
teripang dapat dilakukan dengan beberapa cara; secara alami dengan pembedahan,
perangsangan dengan temperatur dan perangsangan dengan penyemprotan air.
1.
Pemijahan alami
Setelah mengalami matang gonad penuh, induk teripang yang dipelihara di bak
pemijahan biasanya akan memijah secara alami tanpa adanya rangsangan buatan.
Pemijahan akan terjadi pada malam hari antara pukul 22. 00 - 23.00 . Induk
jantan akan mengeluarkan sperma terlebih dahulu yang akan merangsang induk
betina untuk mengeluarkan telur. Kurun waktu pemijahan biasanya berlangsung
antara 20 - 60 menit. Setelah induk betina selesai bertelur, segera induk
dipindahkan ke tempat lain.
2.
Pemijahan
dengan Pembedahan
Metode pembedahan dapat dilakukan dengan cara menggunting bagian bawah teripang
mulai dari anus hingga kedepan. Dalam pembelahan gonad ini apabila didapatkan
kantong telur, berarti teripang tersebut jantan. Gonad jantan (tesis) juga
dipotong menjadi beberapa bagian sehingga sperma keluar dan ditampung di dalam
wadah lain yang berisi air laut. Kemudian secara pelan-pelan wadah yang berisi
sperma dituangkan kedalam wadah yang berisi telur sambil diaduk secara
perlahan, lalu didiamkan. Sehingga terjaddi pembuahan. Telur yang terbuahi akan
mengendap didasar bak selanjutnya dipanen dengan saringan dan dipindahkan
ketempat pemeliharaan larva.
3.
Perangsangan
dengan Temperatur
Prinsip pemijahan dengan perangsangan temperatur ini adalah mengupayakan agar
temperatur air naik 3 - 5°C dari temperatur air asal, dalam waktu selama + 30
- 60 menit suhu air dinaikkan dengan cara penambahan air panas atau menggunakan
alat pemanas (heater) atau dijemur terik matahari. Induk teripang ditempatkan
didalam keranjang plastik yang diletakkan beberapa sentimeter di bawah
permukaan air. Perlakuan ini dilakukan pada siang hari. Pada sore harinya induk
dimasukkan ke bak pemijahan dan selanjutnya induk teripang akan memperlihatkan
perilaku pemijahan yang ditandai dengan tubuh menggeliat dan muncul dipermukaan
sambil bertumpu di dinding bak. Induk jantan akan mengeluarkan sperma yang berwarna
putih dan terlihat seperti asap di dalam air, selanga waktu setengah hingga dua
jam berikutnya induk betina akan mengeluarkan telurnya. Cara ini memberikan
hasil lebih baik yakni denga tingkat penetasan mencapai 90 - 95%.
4.
Perangsangan
dengan Penyemprotan Air
Setelah induk dipelihara selama 2 - 4 hari pada bak pemeliharaan, maka induk
diberikan perlakuan pada sore hari biasanya dimulai pada pukul 17 00 .
Pertama-tama induk teripang yang akan dipijahkan dikeluarkan dari bak dan
diletakkan ditempat yang kering selama 0,5 - 1 jam. Semprotan air laut yang
bertekanan tinggi selama 5 - 10 menit, lalu induk dimasukkan kembali kedalam
bak pemijahan. Sekitar 1,5 - 2 jam kemudian induk akan mulai menggerakkan
badannya ke dinding. Biasanya induk jantan akan memijah yang kemudian disusul
induk-induk betina 30 menit kemudian. Prosentase keberhasilan cara ini mencapai
95 - 100%.
5.
Pemeliharaan
Larva
Telur-telur teripang berbentuk bulat berwarna putih bening berukuran 177
mikron, setelah fertilisasi telur-telur ini mengalami pembelahan sel menjadi 2
sel, 4 sel, 8 sel hingga multi sel. lihat Gambar 3. Ukuran
rata-rata sel tersebut sekitar 194 mikron, selang 10 - 12 jam kemudian akan
membentuk stadium gastrula yang berukuran antara 390,50 - 402, 35 mikron.
Setelah lebih dari 32 jam, telur akan menetas menjadi larva dan membentuk
stadium auricularia yang terbagi menjadi stadium awal, tengah dan akhir. Ukuran
larva teripang pada stadium ini rata-rata antara 812,50 - 987,10 mikron. Pada
stadium ini larva mulai diberi plankton jenis Dunaliella sp, Phaeodactylum sp,
dan Chaeoceros sp sebanyak 40 - 60 x 10³. Selama stadium auricularia awal
sampai menjelang stadium akhir, larva lebih banyak hidup dipermukaan air.
Kepadatan larva yang dikehendaki selama stadium ini kira-kira 300 - 700 ekor
per liter. Jika kepadatan terlalu tinggi, larva akan bergerombol menjadi satu,
berbentuk bola, dan berada di dasar bak. Bila dibiarkan, larva ini akan mati.
Sepuluh hari kemudian, larva berkembang membentuk stadium doliolaria. Pada
stadium ini larva berbentuk lup, mempunyai sabuk dan dua tantakel yang menjulur
ke luar. Larva dengan ukuran antara 614,78 - 645,70 mikron ini dapat bergerak
cepat ke depan. Badan bagian belakang berbentuk cincin datar. Pada setiap sudut
terdapat lima kelompok cilia (bulu getar). Stadium auricularlia dan doliolaria
bersifat planktonis. Selang tiga belas hari kemudian doliolaria berubah ke
stadium pentaculata. Larva berwarna coklat kekuningan dengan panjang antara
1000 - 1200 mikron. Badan berbentuk tubuler dengan lima buah tentakel pada
pangkal bagian depan dan sebuah kaki tabung pendek pada pangkal belakang,
kurang lebih delapan belas hari, kaki tabung dan tentakel terlihat lebih jelas
dan dapat bintil-bintil dipermukaan kulitnya. Larva pada stadium pentacula
mempunyai kebiasaan berada di pinggiran bak bagian bawah dan sedikit menyukai
di bawah permukaan air. Selintas selama pemeliharaan diusahakan antara 32 - 34
per mil dan suhu antara 27 - 29°C. Segera setelah larva berada di dasar laut,
diberi makanan berupa suspensi rumput laut jenis Sargassum dn Ulva.
4.
Makanan Teripang
Faktor
makanan dalam pemeliharaan (budidaya teripang tidak menjadi masalah sebagaimana
halnya hewan-hewan laut lainnya. Teripang dapat memperoleh makanannya dari
alam, berupa plankton dan sisa-sisaendapan karang yang beracadi dasar laut.
Namun demikian untuk lebih mempercepat pertumbuhan teripang dapat diberikan
makanan tambahan berupa campuran dedak dan pupuk kandang (kotoran ayam).
Cara pemberian
makanan tambahan tersebut adalah sebagai berikut :
·
Dedak halus dan kotoran ayam dicampur rata
·
Campuran dimasukkan kedalam kantong plastik
·
Kemudian direndam deism air laut sampai
campuran menjadi lengket, lalu dibentuk menjadi gumpalan.
·
Gumpalan tersebut kemudian disebar merata
kedalam kurungan.
Cara
lain agar pupuk tidak hanyut dapat dilakukan sebagai berikut:
·
Pupuk dimasukkan ke dalam karung plastik dan
ditenggelamkan ditempat pemeliharaan.
·
Setelah kira-kira 10 hari akan muncul micro
organisms sebagai makanan teripang.
Pemberian makanan tambahan sebaiknya dilakukan
pada sore hari.. Hal ini disesuaikan dengan sifat hidup atau kebiasaan hidup
dari teripang. Pada waktu siang hari teripang tidak begitu aktif bila
dibandingkan dengan pada malam hari, karena pada waktu siang hari ia akan
membenamkan dirinya dibawah dasar pasir/karang pasir untuk beristirahat dan
untuk menghindari/melindungi dirinya dari pemangsa/predator, sedangkan pada
waktu malam hari ia akan lebih aktif mencari makanan, baik berupa plankton
maupun sisa-sisa endapan karang yang berada didasar perairan tempat hidupnya.
5.
Pemeliharaan
Tingkat Juvenil
Saat mencapai
tingkat doliolaria atau umur 10 - 12 hari dengan ukuran panjang tubuh 4 - 5 mm,
maka tempatkan kolektor (tempat untuk menempel) yang berbentuk kisi-kisi miring
terbuat dari screen net 250 mikron atau plastik berukuran 60 x 60 x 70 cm,
berfungsi sebagai tempat perlekatan. Sebaiknya kolektor yang dipasang telah
ditempeli diatome (lumut) sehingga pada saat juvenil menempel, pakan yang
dibutuhkan telah tersedia. Lima belas hari setelah menempel pada kolektor,
juvenil dapat dilihat dengan mata dan dihitung. Kepadatan yang baik antara 5 -
10 ekor tiap kolektro, atau kepadatan optimum dalam satu bak pemeliharaan
adalah 200 - 500 ekor/m². Cara ini dilakukan terus menerus sampai benih
tersebut berusia 1,5 - 2 bulan. Pada saat tersebut ukuran benih teripang telah
mencapai ukuran antara 1,5 - 2 cm.